1903-1923

Gelora Kemajuan

Semangat “kemajuan” ramai diserukan lewat corong-corong komunikasi pribumi, seperti Al-Moenir dan Darmo Kondo. Dunia Islam dan Barat pun nyatanya sedang bergerak pada arah yang selaras. Ahmad Dahlan ada di dalam arus yang sama. Ia menyerap, memodifikasi, dan beraksi demi kemajuan.

Anak Keempat Lahir (1903)

Siti Busyro, anak keempat Ahmad Dahlan-Siti Walidah lahir pada 1903.

Pulang Haji Kedua (1904)

Kiai Haji Ahmad Dahlan pulang dari Tanah Suci setelah 18 bulan berhaji dan menimba ilmu di sana.

Anak Kelima Lahir (1905)

Lahir anak kelima Ahmad Dahlan-Siti Walidah, bernama Siti Aisyah

Sekolah Islam Modern Hadrami (1901-1906)

Organisasi Jami’yyat Al Khair dibentuk di Batavia pada 1901 oleh para Hadrami. Lima tahun berikutnya organisasi ini berhasil membangun sekolah Islam modern pertama yang diperuntukkan bagi kalangan mereka. Bahkan, turut menggelar majelis diskusi yang membahas reformasi Islam dari Al-Manar.

Konon, dikatakan bahwa Ahmad Dahlan pernah bergabung menjadi anggota Jami’yyat Al Khair pada 1910.

Fatwa Ziarah (1906)

Diceritakan Soedjak bahwa pada 1906 K.H. Ahmad Dahlan mengeluarkan fatwa tentang ziarah. Tradisi ziarah kubur pada waktu itu merupakan perbuatan yang mendekat kepada kekufuran dan kemusyrikan.

Anak Keenam Lahir (1907)

Anak keenam dari Ahmad Dahlan-Siti Walidah lahir pada 1907 dan diberi nama Djumhan.

Anak Ketujuh Lahir (1908)

Pada 1908, lahir anak ketujuh Ahmad Dahlan-Siti Walidah, yang bernama Siti Zuharoh.

Budi Utomo (BU) dan Ahmad Dahlan

Berdirinya Budi Utomo pada 1908 menandakan kemunculan organisasi modern berhaluan semangat nasionalisme pertama yang didirikan pribumi.

Budi Utomo segera berkembang dan mendirikan cabang-cabang di luar Batavia, termasuk ke Yogyakarta dan Surakarta.

Ahmad Dahlan berkenalan dengan Budi Utomo melalui Mas Djojosoemarto, Sekretaris BU Yogyakarta. Sejak saat itu Dahlan semakin dekat dengan BU.

Anak Kedelapan Lahir (1909)

Anak kedelapan Kiai Haji Ahmad Dahlan dengan Siti Aisyah, putri Penghulu Ajengan dari Cianjur, lahir dan diberi nama Siti Dandanah

Pertemanan Ahmad Dahlan-Ahmad Surkati (Oktober 1911)

Ahmad Surkati, ulama Sudan lulusan Mesir, tiba di Jawa pada Oktober 1911. Awalnya beliau mengajar di sekolah Jami’yyat Al Khair yang cenderung eksklusif  untuk Hadrami. 

Pada 1914 ia keluar dari sekolah Jami’yyat Al Khair untuk mendirikan Madrasah al-Irsyad al-Islamiyyah yang lebih inklusif dan organisasi Al-Irsyad.

Oleh karena kesepahaman pemikiran, Surkati dan Ahmad Dahlan menjadi kawan baik, termasuk dengan Muhammadiyah.

Madrasah Diniyah Ibtidaiyah Islamiyah (1 Desembr 1911)

Kiai Haji Ahmad Dahlan merintis sekolah Islam modern, bernama  Madrasah Diniyah Ibtidaiyah Islamiyah di Kompleks kediamannya

Pendirian Muhammadiyah (1912, 18 November)

Sidang terbuka pertama sekaligus deklarasi berdirinya Muhammadiyah di gedung bioskop (bioscoop gebouwe) Maliboro pada 18 November 1912.

Sarekat Islam dan K.H. Ahmad Dahlan (1914)

Kiai Haji Ahmad Dahlan aktif dan menjabat sebagai penasihat bagian keagamaan di Central Sarekat Islam sekitar 1914-1920-an.

Kemajuan Perempuan a la Dahlan (19 Mei 1917)

K.H. Ahmad Dahlan menggembleng kaum perempuan supaya semakin bertambah pengetahuan dan ilmu agamanya. 

Pada 1913 beberapa gadis dikirim ke sekolah pemerintah dan Muhammadiyah. Siti Wadingah, Siti Dawimah, dan Siti Barijah ke Neutraal Meisjeschool Ngupasan. Umnijah dan Munjiah ke Kweekcshool Muhammadiyah. Serta Wakirah ke Kweekschool Gubernemen, dan Asminah ke Normaalschool Gubernemen.

Upaya memajukan perempuan perlahan-lahan dilembagakan menjadi perkumpulan Sopo Tresno hingga bertransformasi menjadi organisasi perempuan Islam bernama ‘Aisyiyah, yang diresmikan pada 19 Mei 1917. 

Kiai Dahlan, melalui ‘Aisyiyah menginisiasi pendirian beberapa mushala khusus perempuan di Yogyakarta pada sekitaran 1920-an.

Al-Qismul Arqa’ (1918)

Setelah berhasil mengembangkan sekolah-sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta, Kiai Haji Ahmad Dahlan berinisiasi mendirikan sekolah calon guru, Al-Qismul Arqa’ untuk memenuhi kebutuhan guru di Sekolah Muhammadiyah.

Kepanduan Muhammadiyah (1918)

Inisiasi pembentukan gerakan kepanduan dalam Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan, Soemodirdjo, dan Sjarbini (guru Muhammadiyah yg pernah menjadi onder-officier militair). Kemudian, pada 1920, gerakan kepanduan ini resmi bernama Hizbul Wathan atas usul R. H. Hadjid.

Kepanduan Muhammadiyah (1918)

Bersama para ulama dan tokoh Islam lainnya, Kiai Haji Ahmad Dahlan bergabung dalam Komite Tentara Kandjeng Nabi Muhammad. Gerakan ini merupakan reaksi atas dugaan hinaan Nabi Muhammadiyah di dalam Djawi Hisworo.

Kuliah Umum tentang Perdamaian (1920, 24 januari)

Acara pengajian umum bertema agama sebagai sumber perdamaian (het bindmiddel der menschen) dibawakan Kiai Dahlan di Lodge gebouw, di Surakarta pada 1920.

Mengajar Agama di Luar Kota (1921)

Ahmad Dahlan menyanggupi permintaan untuk mengajar mata pelajaran agama Islam di Kweekschool Istri Sumber Pucung, Malang. Beliau tidak datang sendiri, melainkan bersama kawan perempuannya dari Yogyakarta.

Lelang Barang untuk Gaji Guru (1922)

Kiai Haji Ahmad Dahlan melakukan pelelangan barang-barang pribadinya pada sekitar 1922, seperti meja, bangku, dan jam. Lelang ini dimaksudkan untuk menambah dana guna membayar gaji guru yang menunggak.

“Debat” Agama dengan Pastor (1922)

Ahmad Dahlan mengomentari pidato Pastor Zwijmer yang dianggap menyalahpahami ajaran Islam. Berita tentang isi pidato Zwijmer maupun balasan Kiai Dahlan ramai ditulis dalam surat-surat kabar tahun 1922.

Menurunnya Kesehatan Ahmad Dahlan (1922)

Kesehatan Kiai Haji Ahmad Dahlan mulai sering terganggu, akibatnya, beliau mulai absen hadir dalam rapat Hoofdbestuur Muhammadiyah. 

Suatu saat pada 1923 beliau memutuskan untuk pergi tetirah ke Tretes, Jawa Timur.

Kiai Haji Ahmad Dahlan Wafat (1923)

Pada Jumat malam, 23 Februari 1923 M atau 7 Rajab 1341 H, Pukul  11.45, KH. Ahmad Dahlan menghembuskan nafas terakhirnya.

Setelah disemayamkan di langgar miliknya, keesokan harinya, beberapa pejabat tinggi dan orang-orang besar di Yogyakarta turut melayat, sebelum jenazah diberangkatkan ke pemakaman Karangkajen.

Koleksi

Jurnal Al-Moenir 1913
Keluarga Siti Aisyah
Izin Pendirian Organisasi dari Pemerintah Belanda
Kepengurusan Central Sarekat Islam 1918
Teladan Keberanian Ahmad Dahlan
Berita Pengurus CSI 1916
Berita Pengurus CSI 1914
Madrsah Muhammadiyah pada Masa Awal
Pengurus Sopo Tresno tahun 1922.
Perkumpulan Sopo Trenso di Masjid Gedhe Kauman.
Surat kabar De Locomotief edisi 20 September 1919
Surat kabar De Indier edisi 5 Oktober 1918
Surat kabar De Sumatra Post edisi 19 Maret 1912
Surat Kabar De Nieuwe Vorstenlanden edisi 26 Januari 1920
Majalah Overzicht van de Inlandsche en Malaisisch-Chineesche Pers edisi 8 Maret 1920
Surat Kabar Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie edisi 1 Februari 1921
Surat Hoofdbestuur Moehammadijah ke Bestuur S.I. di Singosari
Berita tentang pendirian masjid untuk kaum perempuan
KH. Ahmad Dahlan menjadi kontributor di Doenia Baroe bersama dengan tokoh lainnya.
Notulensi rapat Bestuur Muhammadiyah pada 5-6 April 1922
Notulensi rapat Bestuur Muhammadiyah pada 14 Februari 1923
Hubungan Ahmad Dahlan dengan perorangan dan institusi Taman Siswa terjalin baik
Terbitan awal majalah Suara Muhammadiyah pada 1915
Tulisan Haji Ahmad Dahlan di dalam Suara Muhammadiyah
Buku Akoid doel Iman