1868-1890

Eksplorasi Kesadaran

Selepas pulang dari haji pertama, Muhammad Darwisy berubah nama menjadi Ahmad Dahlan. Bukan hanya namanya yang berubah, cara pandangnya terhadap kondisi masyarakat Jawa juga berubah. Ia mulai sadar bahwa pribumi yang sedang terjajah membutuhkan perbaikan. Ahmad Dahlan memulai perjalanan eksplorasi kesadaran tersebut dengan Islam sebagai pijakannya.

Modal Berdagang (1891)

Kiai Haji Abu Bakar memberikan modal untuk berdagang batik kepada Ahmad Dahlan dan kakaknya. Modal tersebut sebesar 500 sampai 1000 Gulden

Abu Bakar Menikah Lagi (1891)

Ahmad Dahlan menikahkan ayahandanya dengan Nyai Raden Nganten Khatib Tengah Haji Muhammad Ma’ruf pada bulan Rajab 1891.

Wafatnya Abu Bakar (1897)

K.H. Abu Bakar wafat pada akhir 1897 dan dimakamkan di Makam Nitikan. Hal ini menandakan pewarisan jabatan Ketib Amin Masjid Gedhe Kauman kepada Ahmad Dahlan.

Ruang Musyawarah Ulama (1898)

Setelah mewarisi jabatan sebagai Ketib Amin, Kiai Haji Ahmad Dahlan memiliki otoritas sebagai pemuka agama. Kesempatan ini ia gunakan untuk membangun tradisi musyawarah antarulama.

Musyawarah pada 1898 mengangkat diskusi tentang koreksi arah kiblat. Majelis musyawarah ini dihadiri oleh 15 orang ulama-kiai se-Yogyakarta dan 5 pemuda.

Meskipun musyawarah ini sudah berlangsung dalam waktu lama, hasilnya tetap mengecewakan karena mayoritas ulama menolak pendapat Kiai Haji Ahmad Dahlan.

Lahirnya Anak Kedua (1898)

Lahir anak kedua Ahmad Dahlan-Siti Walidah, yakni Muhammad Siradj.

Jejaring Rel Kereta Api Jawa (1899)

Akibat dari liberalisme ekonomi Belanda, pabrik gula berkembang pesat dan saling terhubung oleh kereta api.

Jalur Batavia-Surabaya dengan melintasi Jogja-Solo selesai disempurnakan, sejak 1894 via Buitenzorg. Lalu, jalur Semarang-Vorstenlanden dengan melewati Jogja-Solo yang menghabiskan biaya banyak juga baru dibuka.

Terlebih dianggap bahwa pembangunan rel dan terowongan yang menghubungkan Stasiun Jogja-Willem 1 (Ambarawa) menunjukkan perkembangan dalam dunia arsitektur sipil.

Menyelaraskan Kiblat (1899)

Kiai Haji Ahmad Dahlan merombak langgar kidul warisan ayahandanya sesuai dengan arah kiblat di Mekkah, berdasarkan metode perhitungan ilmu geografi.

Penentangan Kiblat Dahlan (1899)

Penyelarasan kiblat Langgar Kidul oleh Ahmad Dahlan ditentang Kiai Penghulu Cholil Kamaludiningrat. Kiai Penghulu adalah otoritas tertinggi abdi dalem keagamaan Keraton Yogyakarta. Penentangan Kiai Penghulu sampai merobohkan Langgar Kidul.

Langgar Kidul Dibangun Kembali (1899)

Selang beberapa bulan Langgar Kidul dibangun kembali dengan bentuk yang lebih kokoh dan dua lantai.

Lahirnya Anak Ketiga (1900)

Lahirnya R. Dhurie, putra semata wayang Kiai Haji Ahmad Dahlan dengan R.Ay. Soetidjah Wiydaningrum binti GPH Hadinegoro, janda H. Abdullah.

Politik Etis dan Pendidikan bagi Pribumi (1901)

Kebijakan Politik Etis merupakan wujud pemikiran “balas budi” Belanda yang muncul setelah mereka mengeksploitasi habis-habisan alam dan manusia di Hindia-Belanda. Tiga fokus program Politik Etis ialah pendidikan, irigasi, dan emigrasi.

Salah satu institusi pendidikan tinggi yang muncul adalah STOVIA. Sekolah kedokteran yang bisa dimasuki pribumi.

Kesempatan memasuki pendidikan tinggi berdampak besar bagi kemajuan pribumi. Organisasi pergerakan nasional bernama Budi Utomo dibentuk oleh siswa STOVIA.

Haji Kedua (1902)

Ahmad Dahlan pergi menunaikan haji yang kedua bersama putranya, Muhammad Siradj. Selama haji beliau belajar agama dengan:

  1. Kiai Baqir
  2. Kiai Machful Tremas (fikih)
  3. K. Muhtaranm Banyumas
  4. Syeikh Shalih Bafadlol
  5. Syeikh Sa’id Jamani
  6. Syeikh Sa’id Babusyel
  7. Mufti Syafi’i (hadits)
  8. K. Asy’ari Baweyan (falak)
  9. Syeikh ‘Ali Mishri Makkah (ilmu qiraat)
  10. Syeikh Ahmad Khatib dari Minang kabau
  11. K. Nawawi Banten
  12. K. Mas Abdullah Surabaya
  13. K. Faqih Maskumambang dari Gresik

Koleksi

Masjid Gedhe 1902
Masjid Gedhe sekitar 1900-1910
Muhammad Siradj bersama Kawan-kawan
Langgar Kidul 1900-an
Muhammad Siradj Berdiri bersama HB Muhammadiyah

Masjid Gedhe 1902

Foto tampak muka Masjid Gedhe Kauman tahun 1902.
Bentuk:
Digital
Dimensi:
1618x2519 pixels
Sumber
Koleksi kartu pos milik Junus Anis

Masjid Gedhe sekitar 1900-1910

Foto tampak muka Masjid Gedhe Kauman.
Bentuk:
Digital
Dimensi:
1618x2519 pixels
Sumber
https://digitalcollections.univer siteitleiden.nl/

Muhammad Siradj bersama Kawan-kawan

Tampak Muhammad Siradj bersama kawan-kawan (1898)
Bentuk:
Digital
Dimensi:
1618x2519 pixels
Sumber
Koleksi Widyastuti

Langgar Kidul 1900-an

Bentuk bangunan Langgar Kidul berlantai dua setelah pembangunan kembali pada 1899.
Bentuk:
Digital
Dimensi:
1618x2519 pixels
Sumber
Koleksi Iswandari

Muhammad Siradj Berdiri bersama HB Muhammadiyah

Jajaran Hoofdbestuur Muhammadiyah bersama Dr. Sadin (duduk di tengah) dengan Muhammad Siradj (berdiri, kedua dari kanan).
Bentuk:
Digital
Dimensi:
1618x2519 pixels
Sumber
Koleksi Widyastuti